KOMPAS.com – Warga Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Kabupaten Seluma, Bengkulu, digemparkan dengan kasus dua balita kakak beradik yang terinfeksi cacing dalam jumlah banyak.
Kedua bocah itu, KS (1 tahun 8 bulan) dan kakaknya AP (4), harus dirawat intensif di rumah sakit setelah cacing gelang (Ascaris) keluar dari mulut hingga melalui buang air besar.
Peristiwa bermula pada Minggu (13/9/2025) sekitar pukul 18.00 WIB, ketika keluarga mendapati cacing sebesar lidi sapu keluar dari hidung dan mulut KS. Ia segera dilarikan ke RSUD Tais sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD M Yunus (RSMY) Bengkulu, Senin (15/9/2025).
Kondisi KS saat masuk rumah sakit cukup memprihatinkan. Ia mengalami demam tinggi, muntah, perut kembung, sesak napas, dan tubuh tampak lemah.
Baca juga: 24 Sumur Panas Bumi Siap Beroperasi di Bengkulu Nganggur
Direktur RSUD Tais, Eva Debora Siahaan, sempat mengungkapkan bahwa pemeriksaan awal menunjukkan adanya gumpalan cacing di perut KS.
Di RSMY Bengkulu, dokter spesialis bedah anak, dr Wahyu, kemudian menjelaskan hasil pemeriksaan lebih rinci.
"Hasil rontgen dan USG menunjukkan banyak sekali cacing di dalam usus halus maupun usus besar. Jenisnya ascaris, atau cacing gelang, bahkan ada yang berdiameter 0,4 sampai 0,5 cm dengan panjang mencapai 30 cm. Awalnya kami sempat mempertimbangkan operasi, namun setelah diskusi dengan tim, kami memberikan terapi obat cacing terlebih dahulu," ujar dr Wahyu dalam konferensi pers di RSMY Bengkulu, Rabu (17/9/2025).
Rontgen, atau X-ray, sendiri merupakan prosedur pencitraan medis yang menggunakan radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini umum dipakai untuk mendiagnosis berbagai masalah kesehatan, termasuk organ dalam.
Sejak malam pertama perawatan, KS langsung mengeluarkan banyak cacing melalui muntah dan buang air besar.
Baca juga: 5 Titik Longsor Putuskan Koneksi Bengkulu-Sumsel, 1 Jenazah Sempat Tertahan
"Sumbatan yang dikhawatirkan tidak terjadi. Kalau dengan terapi obat pasien terus membaik, maka operasi tidak diperlukan," jelas dr Wahyu.
Kini kondisi KS disebut berangsur pulih. Ia sudah bisa merespons, menangis, dan bergerak.
Tak hanya KS, sang kakak AP juga mengalami infeksi serupa. Eva Debora menyebut bahwa hasil wawancara dengan keluarga menunjukkan adanya gumpalan cacing di perut AP.
Awalnya AP dirujuk ke RS Ummi karena ruang ICU RSMY penuh. Namun, setelah ruang tersedia, ia kembali dipindahkan ke ICU RSMY untuk mendapatkan pengawasan intensif.
"Untuk pasien penanganan juga dimulai dengan terapi obat cacing. Operasi akan menjadi pilihan terakhir bila obat tidak berhasil," tambah dr Wahyu.
Eva menegaskan, penyebab infeksi cacing pada dua balita ini kuat diduga berasal dari kebiasaan bermain di tanah tanpa alas kaki dan kurangnya kebiasaan mencuci tangan.
"Jadi telur cacing ini menempel di tangan dan masuk ke mulut. Berkembang biak di perut hingga menjadi banyak seperti ini. Kuku tangannya kotor penuh tanah," katanya.
Ia pun mengingatkan orangtua untuk lebih disiplin menjaga kebersihan anak.
"Jika keluar rumah, biasakan memakai sandal dan terpenting cuci tangan dan kaki sebelum makan. Terpenting juga setiap enam bulan atau setahun sekali berikan obat cacing pada anak. Ini penting untuk mewaspadai anak terhindar dari penyakit cacing ini," pesannya.
Hingga Rabu (17/9/2025), kedua pasien masih dalam pemantauan ketat tim medis RSMY. Kondisinya disebut terus membaik.
"Pasien sudah bisa menangis, merengek, dan bergerak saat ini. Ini perkembangan positif, bila dibandingkan saat datang. Kita terus pantau kondisi pasien," tutur dr Wahyu.